Sabtu, 14 November 2015

Jawaban kasus 1 63 Kasus Pemasaran di Indonesia



Persaingan Atribut Produk di Antara Merek Minyak Goreng
Pembahasan:
Kalau kita menuang minyak goreng ke wajan, apa yang tampak oleh mata kita? Pasti cairan kental yang licin dan berwarna kuning keemasan. Hampir semua minyak goreng kelapa sawit seperti ini wujudnya. Rasanya susah membedakan merek minyak goreng yang satu dengan yang lain kalau sudah dituang. Inilah yang terjadi kalau suatu produk menjadi komoditi, serba sama. Terlebih lagi bagi minyak goreng yang baru masuk ke pasar. Kalau produknya sama persis dengan pesaing yang lebih dulu, maka tidak ada alasan bagi konsumen untuk meliriknya. Untuk itu agar konsumen mau memberi perhatian, maka minyak goreng yang baru harus membawa perbedaan. Inilah yang dinamai diferensiasi (differentiation) dan selalu didengung-dengungkan oleh para marketer.
            Diferensiasi berarti perbedaan yang unik dari suatu merek dibandingkan merek-merek yang sudah ada. Di dalam pemasaran, suatu merek harus memiliki diferensiasi. Logikanya simpel. Kalau tidak ada diferensiasi, mengapa konsumen yang sudah rutin memakai merek tertentu harus berpindah ke merek yang baru?
            Setiap produk, bahkan yang termasuk kategori generik aau komoditi seperti beras, gula dan minyak goreng, juga memerlukan diferensiasi agar dapat tampil lebih menonjol dibanding produk lain dan pada akhirnya mendorong penjualan serta memperluas market share.
Untuk produk Tropical, diferensiasi yang dilakukan berada pada atribut produk nya (product attribute). Artinya Tropical memiliki perbedaan dari atribut atau ciri-ciri fisik produknya yaitu “2X penyaringan”.  Selanjutnya Tropical mengomunikasikan atribut “2X penyaringan” ini sehingga tertanam di benak konsumen: “Tropical adalah minyak goreng 2X penyaringan”. Inilah yang disebut positioning, suatu posisi merek dibanding pesaing yang tertancap di benak konsumen.

Bagaimana dengan Sania? Sania juga  membawa diferensiasi yang baru dengan klaim “Tanpa bahan pengawet”. Sedangkan SunCo mendiferensiasikan dengan mengatakan: “5 kali tetap bening tetap sehat”. SunCo sedikit bermain persepsi dengan tidak menjelaskan makna 5 kali secara eksplisit.
Khusus Tropical dan Sania, keduanya berupaya memanfaatkan TPO endorser. TPO (Third Party Organization) endorser adalah organisasi independen yang berperan sebagai pihak ketiga yang menganjurkan suatu produk. Pemakaian TPO endorser di sini cukup cerdik. Pasalnya, minyak goreng selama ini sering dipersepsikan konsumen tidak baik bagi kesehatan. Maklum konsumen Indonesia semakin pandai dan sadar kesehatan.
Persepsi konsumen yang negatif terhadap minyak goreng ingin dibalikkan oleh Tropical maupun Sania. Seperti kita ketahui Yayasan Jantung Indonesia adalah lembaga yang berkepentingan mengusahakan jantung sehat. Dalam jangka panjang, merek Tropical yang sering muncul bersama logo Yayasan Jantung Indonesia akan mengubah persepsi konsumen. Inilah yang disebut asosiasi. Karena merek Tropical selalu dipasangkan dengan  tulisan atau logo Yayasan Jantung Indonesia maka Tropical berpeluang diasosiasikan sebagai minyak goreng sehat.
Hal yang mirip juga terjadi pada Sania. Kemunculan merek Sania yang selalu bersamaan dengan logo Yayasan Kanker Indonesia berpeluang memosisikan Sania sebagai minyak goreng yang sehat dari segi pengawet.
            Inilah doferensiasi yang di bangun oleh  sedertan merekminyak goreng yang baru masuk ke pasar.

Pertanyaan Tantangan :

  1.  Apakah 2X penyaringan akan selamanya menjadi atribut diferensiasi meskipun ditiru oleh banyak pesaing?
  2. Kalau anda akan memasuki pasar minyak goreng, apakah diferensiasi baru yang akan anda usulkan?
  3.  Apa dampak bagi lembaga yang menjadi TPO (Third Party Organizing) endoser pada merek minyak goring di atas ?


JAWABAN

1.   Tidak selamanya atribut 2x penyaringan , menjadi atribut diferensiasi meskipun di tiru oleh banyak pesaing. Apalagi sekarang konsumen sudah memiliki banyak pengetahuan ( konsumen sempurna) dalam memilih suatu produk.
Alasannya :

  •   Dalam pemaparan kasus di atas, dimana beberapa pesaing melakukan promosi yang mengunakan atribut difrerensiasi  2 x penyaringan namun gagal untuk mengusasi market share, seperti Bimoli yang mencoba masuk menggunakan atribut tersebut. Bimoli tidak mampu merubah positioning  Tropical di mata konsumen sebagai pencetus utama dalam hal minyak goreng yang menggunakan atribut 2x penyaringan.

  •   Kedua, dalam kasus tersebut Sania dan Rose Brand yang mencoba masuk juga dengan atribut yang sama. Namun di sini Sania dan Rose Brand tidak hanya mengklaim dirinya sebagai minyak goreng dengan 2 x penyaringan namun produk-produk tersebut  menambah beberapa keunggulan dan cukup mempunyai market share . Tetapi tetap saja tidak mampu merubah ingatan konsumen kepada Tropical sebagai pencetus utama.

  •  Ketiga, Sanco berani mencetuskan dirinya sebagai minyak goreng 5 x penyaringan dan bahkan  minyak goreng yang dapat di minum. Disini minyak goreng membuktikan bahwa 2 x penyaringan bukan satu satunya atribut yang bisa di pakai sebagai dirensiasi produk.

Adapun salah satu tindakan yang dilakukan perusahaan dalam memenangkan persaingan dipasar melalui diferensiasi produk dengan menetapkan perbedaan yang berati pada suatu produk yang ditawarkan dengan produk pesaing sehingga dapat dipresepsikan mempunyai nilai tambah oleh konsumen. Dengan demikian, konsumen akan dapat mengenali produk perusahaan diantara produk sejenis yang ada dipasaran serta sebagai daya tarik bagi konsumen. Menurut  Kotler ( 2007 : 385 ) suatu produk dapat dideferensiasi melalui sembilan cara yaitu :
1)      Bentuk (Form)
Digunakan untuk melakukan diferensiasi produk berdasarkan ukuran, model atau struktur fisik produk.
2)      Fitur (Feature)
Merupakan alat persaingan yang digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya karena fitur dipakai untuk melengkapi fungsi dasar dari suatu produk.
3)      Mutu Kinerja (Performance Quality)
Merupakan tingkat berlakunya karakteristik dasar produk. Sebagian besar produk dibangun berdasarkan dari salah satu level kinerja, yaitu : rendah, rata-rata, tinggi, dan unggul dimana perusahaan menyesuaikan level kinerja dengan pasar sasaran dan pesainnya.
4)       Mutu Kesesuaian (Conformance Quality)
Merupakan tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi yang dijanjikan. Produk didesain dan dioperasikan berdasarkan karakteristik yang mendekati standar produk untuk memenuhi spesifikasi yang diminta.
5)      Daya Tahan (Durability)
Merupakan suatu ketahanan pada suatu produk atau suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal atau berat yang merupakan atribut berharga untuk suatu produk tertentu.
6)       Keandalan (Reability)
Merupakan ukuran kemungkinan bahwa suatu produk tidak akan rusak atau gagal pada periode tertentu dan sifat nya tidak terlihat. Suatu produk dikatakan baik akan memiliki keandalan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
7)      Mudah diperbaiki (Repairibility)
Merupakan ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak yang ukurannya dapat dilihat melalui nilai dan waktu yang dipakai.
8)      Gaya (Style)
Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk tersebut bagi konsumen dan menciptakan kekhasan yang sulit ditiru.
9)      Desain (Design)
Merupakan suatu kualitas produk yang diukur berdasarkan rancang bangun produk dan keseluruhan fitur yang memberikan efek bagaimana produk tersebut terlihat, dirasakan, dan fungsi produknya.
Jadi 2X penyaringan tidak akan selamanya menjadi atribut difrensiasi, meskipun ditiru oleh banyak pesaing. Karena seperti yang telah dijelaskan diatas seharusnya perusahaan dalam memenangkan persaingan dipasar melalui diferensiasi produk dengan menetapkan perbedaan yang berati pada suatu produk minyak goreng tidak selamnya perusahaan harus menggunakan atribut desprensiasi 2x penyaringan karena atribut deprensiasi tersebut telah digunakan oleh perusahaan lain. Jelas sekali terlihat dampak nya apabila atribut defrensiasi yang digunakan perusahaan sama dengan perusahaan sebelumnya (pesaing), dimana seperti yang terdapat pada ‘Ulasan’ , apabila suatu minyak goreng di tuang ke wajan yang terlihat hanya cairan kental licin dan berwarna kuning keemasan, rasanya susah dibedakan oleh konsumen, walaupun terdapat atribut 2x penyaringan.seharunya yang namnya defrensiasi produk harus berbeda dengan perusahaan pesaing misalnya dalam segi bentuk, fitur, mutu kinerja, mutu kesesuaian, daya tahan, desain dll.

2.      Jika saya ingin memasuki pasar minyak goreng, saya terlebih dahulu akan melihat bahwa strategi diferensiasi dan positioning lebih banyak bermain persepsi dan emosi dibanding fakta.
Diferensiasi produk yang kami usulkan adalah minyak goreng VCO ( Virgin Coconut Oil) “2x lebih sehat”. Dimana minyak virgin coconut oil ini untuk memasak lebih sehat jika dibandingkan dengan menggoreng dengan menggunakan minyak goreng biasa. Mengapa? Karena minyak kelapa murni (vco) ini tidak mengandung kolesterol ataupun tidak menghasilkan kolesterol dalam proses pemanasannya. Minyak vco mengandung asam lemak rantai sedang yang memiliki titik panas diatas 100 derajat, sehingga ketika proses menggoreng dengan api biasa, rantai lemak dalam vco tidak akan rusak ataupun terjadinya proses hidrogenasi yang bisa memacu timbulkan kadar kolesterol dalam minyak vco. Pengalaman pemakai minyak vco untuk menggoreng membuktikan bahwa minyak vco ini memiliki beberapa keistimewaan. Selain bisa menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, ternyata penggunaan dalam waktu lama bisa juga menjaga kadar gula dalam darah, sehingga minyak vco ini sangat dianjurkan bagi penderita diabetes. Fakta lainnya adalah, minyak vco tidak berbau tengik apabila sudah digunakan, sehingga relative bisa digunakan lebih lama atau berulang kali dalam proses penggorengan.

Dan Persaingan differensiasi atribut pada produk minyak goreng kami dapat bermain di area atribut produk yang lain seperti :
·         Dapat digunakan lebih sering (tidak cepat menjadi jelantah)
·         Harga yang lebih ekonomis
·         Mengandeng ahli gizi tekenal, untuk mempengaruhi konsumen.
·         Kemasan yang lebih baik ( mengunakan kemasan yang sehat, dan jauh dari bahan bahan berbahaya)
·         Mudah diperoleh (distribusi yang luas)
Apabila atribut yang kami klaim juga diikuti bahkan diklaim lebih baik oleh pesaing, disinilah diperlukan inovasi baik dari sisi fitur produk maupun packaging dan pemasaran serta komunikasinya. Produk yang lebih baik tapi dikomunikasikan dgn tidak menarik atau intensitas yang rendah, pemilihan media yang keliru atau pemilihan target audience yang keliru, akan dapat dengan mudah disaingi oleh produk lain yang lebih cerdik ‘mengemas’ produknya sehingga dipersepsikan lebih baik. 

33.    Dampak bagi TPO pada merek minyak goreng di atas :oreng yang sehat di konsumsi
a)      Menjadi lembaga yang memberikan informasi dan pemberi rasa aman bagi konsumen bahwa suatu poduk minyak goreng sehat dari penyakit kangker.
Dalam hal ini, Third Party Endorser (TPO) seperti Yayasan Kanker Indonesia juga mempunyai efek yang relatif sama. Istilah ‘kanker’ sendiri pada nama TPO ini walau terkesan menakut – nakuti dilain pihak dapat menjadi faktor yang memberi rasa aman karena lembaga yang menaungi masalah kanker ini dapat ‘meyakinkan’ target audience bahwa produk minyak goreng tidak menyebabkan kanker.
b)       Menjadi lembaga yang mungkin tidak sesuai dengan yayasannya.
Sperti pada  jawaba sebelumnya sekarang konusmen sudah mempunyai pengetahuan yang sempurna.  Konsumen yang kritis juga dapat menilai bahwa opini dari yayasan kanker tersebut tidak akurat karena yayasan ini dibayar untuk mengutarakan opini / klaim mengenai produk tertentu. Disini di tekankan adanya permainan pihak sponsor untuk mempengaruhi konsumen, karena  yayasan kanker tersebut di bayar untuk mengandeng suatu produk bahwa, padahal belum tentu produk tersebut tidak sesuis dengan yang di iklankan.  Sehingga lambat laun  TPO akan mendapat asosiasi yang negatif , dan menguntungkan produsen yang hanya mampu membayar TPO pada produknya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
isnainilina Blogger Template by Ipietoon Blogger Template